Kita
telah melalui puluhan musim.
Aku
lupa kapan tepatnya kita menjadi lekat, yang aku ingat waktu itu hujan
mengguyur atap tempat kita berpijak.
Kita
sama sama tak mengenal dekat tapi sunyi memaksa kita saling bertatap, serta
bercakap.
Kau
bilang ingin segera pulang karna waktu terus berdetak berteriak, mengharus kan
kau sampai dirumah tak terlambat.
Tapi
kala itu hujan begitu ganas menyeruakkan airnya hingga tempias.
“Kau akan sakit bila menerobos hujan!” Kata ku.
Senyum
mu membinggukan. Seakan aku lelucoan.
Lalu
kau berkata bahwa aku perempuan pertama yang melarang mu menerobos hujan.
Juga
orang ketiga setelah Ayah serta kekasih mu yang tak ingin kau sakit karena
kedinginan.
Setelah
hujan itu, kita menjadi akrab tak terikat tapi begitu merekat.
Gambar : Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar