Sabtu, 06 September 2014

Kita dan Hujan yang Merekat








Kita telah melalui puluhan musim.
Aku lupa kapan tepatnya kita menjadi lekat, yang aku ingat waktu itu hujan mengguyur atap tempat kita berpijak.
Kita sama sama tak mengenal dekat tapi sunyi memaksa kita saling bertatap, serta bercakap.
Kau bilang ingin segera pulang karna waktu terus berdetak berteriak, mengharus kan kau sampai dirumah tak terlambat.
Tapi kala itu hujan begitu ganas menyeruakkan airnya hingga tempias.

“Kau akan sakit bila menerobos hujan!” Kata ku.

Senyum mu membinggukan. Seakan aku lelucoan.
Lalu kau berkata bahwa aku perempuan pertama yang melarang mu menerobos hujan.
Juga orang ketiga setelah Ayah serta kekasih mu yang tak ingin kau sakit karena kedinginan.

Setelah hujan itu, kita menjadi akrab tak terikat tapi begitu merekat.




Gambar : Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar