Tak mungkin aku lupa. Waktu itu kita berpegangan
tangan begitu mesra.
Sampai aku tak mengingat bahwa bumi yang kita pijak
adalah fana.
Anggap lah
aku wanita paling bahagia yang tak pernah tersentuh luka.
Sampai hari ini tiba, aku sadar semuanya telah
sirna.
Aku terbuai begitu dalam kekubangan bahagia, tanpa ku
sadar dibawah sana telah menanti kawat kawat nestapa.
Andai saja waktu itu aku berpegang pada nyata.
Mungkin sekarang lukanya tak begitu menganga.
Menyesal? Aku tak berpikir kearah sana. Yang ku pikirkan sekarang apakah ada obat penawar
derita.
Andai saja detik itu juga aku terbangun dari mimpi
semu yang kian meramu.
Aku tak akan sesesak ini saat berhadapan dengan
siang di gunung talakmau.
Entah penyesalan
atau apa yang sedang berseliweran dikepala.
Yang pasti aku terus merapal kalimat andai saja sampai
mulut ku berbusa.
Waktu seakan
acuh, tak peduli dengan tubuh ku yang terus mengucurkan darah berlimpah. Bahkan ia terus melangkah dengan aku yang terus
berteriak melontarkan kalimat andai saja tanpa lelah.
Gambar : Google
tulisan sendiri kah? waaw... km hebat
BalasHapusiya hehe alhamdulillah tulisan sendiri :) mksh dah join ya :)
BalasHapus