Bisakah kita
melupakan hujan kemarin? Saat tangan mu menggenggam erat tangan ku yang kian
bergetar. Bukan karena hujan, tapi karena mantra yang kau rapal seakan menarik
ku kejalan yang sudah ku tinggalkan bertahun silam.
Kenapa baru
sekarang kau datang? Setelah aku benar-benar mantab melenggang tanpa beban yang
bersitegang. Bahkan aku sudah lupa bahwa kau orang yang pernah menoreh luka
disetiap dinding-dinding hati ku yang merang.
Aku sudah
kebal dengan wajah penuh permohonan mu yang seakan tak tahu malu. Terus
mendesak ku, tanpa mengingat bahwa kita sudah berakhir bertahun-tahun lalu.
Dulu kita
sudah sepakat bahwa jalan kita memang berbeda, Tapi Karena asmara
yang terus menggerogoti nafsu, kita dengan egois membuat jalan kita bersatu.
Ini juga memang salah ku, yang terlalu percaya bahwa dengan sebuah penyatuan kebahagian
akan kita miliki. Setelah lama menyusuri, ternyata kita hanya terikat
dalam kesia-sian yang terus merajai. Kita saling menikam hanya untuk mencari kebahagian yang
sebenarnya tak pernah bisa kita tanami.
Sekali lagi
ku mohon, bisakah kita melupakan hujan kemarin? Karena aku sudah menyerah untuk
berjalan beriringan dengan mu. Batu kerikil atau kubangan derita tak masalah
bagi ku. Aku hanya tak sanggup menyusuri jalan ketidakpastian yang penuh rayu
semu.
Gambar : Google