Setiap kali aku menjelajah
waktu yang kian hari makin semu. Tiap detiknya seperti menonton film komedi,
membuat ku terpingkal hingga menyisakan nyeri. Aku tak yakin kapan semuanya
berhenti, yang ku tahu waktu terus berputar tanpa peduli.
November seperti obat penawar sunyi juga sepi, yang membuat ku yakin ia adalah tempat untuk kembali. Dinding paling kelam tempat ku mematri setiap peristiwa yang pernah ku lalui. Kamar paling megah untuk bersembunyi, juga alaram yang selalu mengingat kan ku tentang kematian abadi.
Aku tak pernah memandang november seperti rahim tempat ku dilahirkan. Ia hanya sebuah bulan didalam almanak yang tak pernah ku risaukan. Aku hanya menganggapnya ritual yang selalu ku lalui setiap tahun dengan ucapan selamat dan doa doa yang aku sendiri tak yakin akan terkabulkan.
November begitulah aku
menyebutnya.